Kilas balik ke kisaran tahun 2006. Waktu itu saya masih
single merantau kerja di Jakarta dari Bandung. Minimal sebulan sekali langganan
pulang ke Bandung pas weekend nengok orang tua dan isi ramsum bulanan (ketahuan
belum mandiri hehehe).
Namanya mudik bulanan, perlu direncanakan biaya tiket
perjalanan pergi-pulang. Maklum, lah, masih baru kerja gajinya pas ... pas mau beli barang harus ngitung 😆 Biaya yang paling ekonomis saat itu adalah berangkat pulang pergi dengan kereta api
parahiyangan kelas ekonomi, alias tanpa AC. Sebenarnya tidak masalah ketika dari/sampai Bandung yang udaranya dingin, apalagi kalau berangkat senin subuh (brr ...). Yang bakalan kerasa bedanya ketika “
joss” dari/sampai Jakarta.
Alasan lain saya pilih kereta api karena bisa bawa bekal
makanan dan minuman. Kalau dibandingkan nonton bioskop yang engga boleh bawa
jajanan, naik kereta dengan harga makanan yang sama udah bisa dapat nasi
komplit (ini asli perut Indonesia, loh!). Perut kenyang dan seterusnya lanjut tidur
sampai tujuan.
Saya dan keluarga memilih layanan kereta api di mana pun untuk bepergian |
Keuntungan lain naik kereta api itu jadwalnya lebih jelas. Ada juga, sih, momen dimana kereta anjlok, datang terlambat atau hambatan teknis lain yang bikin perjalanan kurang mulus. Tapi secara umum, dengan naik kereta api bakalan lebih cepat sampai tujuan dibandingkan dengan naik kendaraan darat lainnya. Kendaraan lain yang melewati jalan tol, apalagi menjelang hari libur nasional, bisa sangat "Wah" macetnya.
Saya kira karena alasan yang sama itulah, kereta api di kala
waktu akhir pekan dan libur panjang akan penuh. Tiket bisnis dan eksekutif yang
tergolong lebih mahal pun ludes. Orang sudah memesan tiket dari jauh hari sebelumnya. Pernah ngalamin engga dulu, jaman kalau mau mudik lebaran kudu antri dari H-30 lebaran? Iya, sama aja hari pertama puasa. Karena cara dapatkan tiket murah (tanpa agen, apalagi calo) hanya dengan mengantri langsung ke stasiun. Orang rela antri desak-desakan bahkan dari habis sholat tarawih.
Sistem pemesanan tiket semacam itu bukan hanya bikin tenaga terbuang, tapi juga alokasi biaya dan waktu tambahan yang tak sedikit. Bayangkan aja kalau orang Depok mau ke Bandung, harus via Gambir - Bandung. Beli tiket jauh hari mengantrii ke Gambir pake mobil pribadi pulang kerja. Sudah perlu bensin tambahan dan waktu sampe rumah pun jadi telat. Makanya cara ini pun akhirnya tidak relevan lagi untuk jaman now!
Jaman now, orang maunya praktis dan mudah. Waktu menjadi berharga karena seabrek aktifitas lain jadi prioritas. Disitula mengapa Traveloka menjadi lebih unggul.
Traveloka adalah sebuah situs penyedia tiket dan reservasi hotel dan objek wisata. Pada awal
berdirinya di tahun 2012, Traveloka baru merupakan situs pencari dan pembanding
tiket pesawat sampai akhirnya berkembang menerima pula pemesanan tiket pesawat.
Kenangan berpose di kereta cepat Perancis, Thalis |
Perkembangan Traveloka cukup pesat karena akhirnya fitur-fiturnya melayani jasa lain, termasuk pemesanan tiket kereta api.
Para penikmat wisata tentu senang sekali disuguhi layanan Traveloka. Sebab merancang liburan hanya tinggal sebatas menggerakkan jari tangan. Bahkan dengan menginstal aplikasi Traveloka di telepon genggam, batas jadi liburan atau tidak hanya sebatas jempol.
Pesan tiket kereta api daring ini pun aman. Tidak perlu rebutan kuota sama calo atau saling desak sama pengantri lain. Alhasil, mengurangi penyakit hati, kesel, bete dan teman-temannya heheheh
Saran saya, sih, Kamu punya akunnya untuk memudahkan proses pemesanan. Di situ jugalah keabsahan pembeli bisa dipertanggungjawabkan. Bukan hanya itu, pemilik akun, yang dipanggil Traveloka Member, akan dapat beberapa keuntungan. Keuntungan akan lebih maksimal kalau punya aplikasinya di telepon genggam, sebagai berikut:
Hanya member yang dapat keuntungan ini :) |
1. Traveloka Poin.
Sayangnya
fitur ini belum tersedia buat pemesanan tiket kereta api. Tapi kalau Kamu pesan
tiket pesawat atau hotel di daerah tujuan Kamu dengan Traveloka, kamu akan
dapat poin balikan dari Traveloka. Kalau terkumpul sejumlah tertentu bisa di
tukerin di merchant-merchant partnernya Traveloka.
2. Dapat alarm kalau ada harga
yang berubah.
Instal
aplikasi ini di telepon genggam Kamu, deh! Supaya Kamu dapat alarn duluan kalau
ada perubahan harga tiket Kamu. Ibarat meseg Whatsup, kalau udah diinstal di telepon
genggam bakalan langsung dibaca.
Termasuk promo-promo juga bakalan lebih update. Seperti pengalaman saya waktu dapat tiket kereta api hanya Rp 30.000,- per orang di bulan September lalu.
3. Booking lebih mudah.
Fitur
Passanger Quick Pick dari Traveloka ini efektif banget menghemat waktu
pemesanan kalau Kamu pesan tiket buat banyak orang. Dengan menambahkan
siapa-siapa saja yang biasanya pergi bareng Kamu, akan mudah langsung klik
biodata mereka untuk di print di tiket. Sst, jangan lupa masukin juga nama anak
/bayi bayi yang berusia di bawah 3
tahun. Meski belum dikenakan bayaran, tapi mereka pun bertiket.
4. Atur pesanan tiket.
Kalau
ternyata hari keberangkatan ingin dijadwalkan ulang, Member Traveloka akan
lebih mudah mengakses lewat aplikasi. Begitu juga kalau mau minta pengembalian
tiket dan reservasi jika tidak jadi dipakai.
5. Langsung kesambung dengan
fitur-fitur baru.
Bayar-bayar
billing bulanan, beli tiket nonton sekarang bisa di Traveloka. Menu komplit pokoknya!
Ada juga hal yang perlu diingat kalau Kamu sudah pesan tiket kereta api lewat Traveloka;
- Kamu harus lunasi pembelian tiket daring ini secepatnya, hanya kurang dari 30 menit. Maklum di luar sana ada juga pemburu tiket macam Kamu yang ingin dapatkan kemudahan dan promo Traveloka.
- Jika Kamu member dan sudah instal aplikasinya, Traveloka akan memberitahukan apa-apa saja yang harus dilakukan dengan e-tiket yang sudah terverifikasi. Diantaranya, e-tiket harus Kamu tukarkan dengan tiket fisik di mesin atau loket stasiun.
- Sudah ada fitur kereta api bandara juga di Traveloka. Sekarang engga deg-deg-an lagi takut ketinggalan pesawat. Perjalanan ke bandara dengan kereta api akan lebih terjadwal.
Peringatan penting terkait tiket pesanan saya |
Harus dicoba fitur baru ini! Tapi kemana ya? hahaha |
Comments
Post a Comment